Ceritanya lagi jadi Si Olive, :D |
Kutipan Novel [KACAU] Pribadikuw, yang tak tulis disela-sela ke-seteres-anku
“Olive… Olive….”
Suara Mama memekikkan telinga Olivia, selalu, dipagi hari yang cukup cerah. Tak lama wanita 40 tahunan itu pasti akan berjalan ke lantai dua, menuju kamar Olivia tentunya, kemudian mulai memainkan musik yang berasal dari daun pintu yang ia pukul-pukul. Berisik. Itu pintu kamar Olive. Pintu itu akan terbuka jika tak ada respon dari penghuninya setelah beberapa saat saja. Setelah benar-benar berada di dalam kamar, kemudian cahaya matahari pagi akan menyorot kedua mata gadis yang masih berbalut selimut di hadapannya itu dengan sangat tajam. Menyilaukan, akibat tirai jendela panjang berwarna orange terang yang nyaris menyapu lantai itu telah tersibakkan oleh tangan Mama. Kemudian Olivia akan membungkus seluruh tubuhnya sendiri dengan selimut secepat mungkin. Namun jangan harap itu akan bertahan lama. Karena Mama akan segera menarik selimutnya secara paksa. Dan adegan tarik menarik berebut selimut dengan mata terpejam akan berlangsung beberapa saat hingga Mama mengucapkan sebuah kalimat yang membuatnya tersentak.
“Sudah hampir jam tujuh, kamu tidak ingin ke kampus?” Benar, ucapan Mama telah menghentikan pertandingan keduanya pagi itu. Bolehlah kali ini Mama yang menang.
Hari ini adalah hari pertama Olive akan merasakan indahnya suasana kuliah. Menjadi seorang mahasiswi adalah impian pertamanya setelah lulus sekolah. Dan sepertinya bukan hanya impiannya saja.
Gadis itu menjingkat dari atas kasur yang telah memanjakannya semalaman. Mungkin Olive masih belum menyadari bahwa kini ia tidak lagi menjadi anak sekolahan yang sedang merasakan liburan sehingga harus bangun siang. Ia pun segera meluncur ke kamar mandi.
Tak sampai lima menit saja, Olive telah keluar dari ruangan lembab dengan sisa sabun yang masih menempel di bagian depan rambutnya. Sepertinya ia tak benar-benar mandi hingga menyisakan busa sabun yang menjambul itu. Wajahnya nampak panik terburu-buru, didukung dengan aksinya yang berputar-putar menyusuri kamar berukuran 3x4 meter itu. Entah apa yang ia cari, bisa jadi baju yang telah ia siapkan sehari sebelumnya untuk ke kampus atau benda lain? Tak ingin hari pertamanya yang telah ia rancang seindah mungkin itu kacau karena alasan terlambat bangun.
Olive keluar dari istananya dengan disambut berbagai menu makanan yang telah Mama siapkan untuknya. Namun semua itu tak membuatnya tertarik sedikitpun. Bayangannya akan indahnya suasana kampus lebih menarik daripada makanan-makanan baru yang Mama hidangkan spesial untuknya karena pertama kali masuk kuliah. Olive sempat melihat betapa makanan itu benar-benar tak seperti biasanya. Memag sih semua seperti terlihat sama, namun, karena ada satu menu lain yang belum pernah ia lihat sebelumnyalah yang membuatnya nampak berbeda.
Makanan itu dibungkus dengan daun pisang. Begitu dibuka aromanya menusuk hidung. Ikan laut, entah apa namanya. Bisa jadi itulah yang disebut pepes.
“Aku langsung berangkat aja ya Ma, Pa.” kedua matanya menatap kearah wajah yang ia sebut tadi secara bergantian.
“Yakin? Selama ini kan kamu nggak pernah telat sarapan Liv, nanti kalau tiba-tiba perut kamu kontraksi gimana? Sudah makan dulu sana.” Cegah Mama dengan wajah frustasi yang menimbulkan kerutan-kerutan berlipat di dahinya. Namun, Olive tak peduli, ia justru ngekeh mendengar kalimat terakhir Mamanya itu. Ia teringat akan iklan Mie yang belakangan ini jadi heboh sering muncul di TV. Andai saja Olive memiliki kekuatan super, ia pasti akan segera memindahkan iklan mie tersebut ke channel luar negeri atau ruang angkasa seandainya saja di sana juga ada TV, sehingga ia tidak lagi menyaksikan iklan yang menurutnya mengenaskan itu.
Segera diambilnya beberapa menu makanan, termasuk menu yang baru ada hari ini tersebut untuk disuapkan ke mulut mungil Olive, meski ia tahu anak itu akan menolaknya nantinya. Seperti anak kecil saja. Dan akan terjadi pertandingan untuk yang keduakalinya pagi ini, dengan Mama yang akan menjadi juara bertahan. Wanita itu tak ingin anaknya jatuh sakit akibat penyakit maag yang dideritanya. Pernah suatu pagi, kejadiannya hampir sama. Saat itu Olive baru masuk sekolah menengah. Saking bahagia menjadi seorang anak SMA, Olive tidak sarapan sebelum berangkat. Ia tak menghiraukan penyakitnya itu akan kambuh atau tidak. Alhasil, ketika hampir siang, perutnya mulai protes, terasa nyeri dibagian sana dan bagian sini. Olive yang merupakan anak tunggal itu pun sangat dikhawatirkan secara berlebihan oleh orangtuanya. Yaa.. meskipun kekhawatiran orantua itu akan selalu ada secara berlebihan. Tak peduli apakah itu anak tunggal atau anak jamak. Bukan, bukan jamak.
Setelah mendapati kekalahannya, Olive pun berangkat ke kampus dengan sebuah Yaris merah yang telah menunggu si empunya itu di halaman depan.
***
Sepuluh menit lagi kelas akan dimulai. Tubuh mungil Olive menyusuri koridor kampus mencari-cari kelas yang tidak ia ingat ruang berapa itu. Mana bisa ketemu kalau kelasnya saja tak ia ketahui? Yang ia ingat hanyalah angka lima atau tujuh. Ia tak begitu pandai dalam mengingat. Setahunya hari ini ada dua mata kuliah dengan ruang yang berbeda yang akan menunggunya. Entah fotografi itu diruang tujuh, Film diruang 5 atau sebaliknya.
“Permisi, ruang 7 dimana ya? eh, maksud saya kelas fotografi.” Tanyanya pada seorang mahasiswa berambut kribo dengan kacamata tebal yang sepertinya bukan kacamata minus yang berdiri tepat di hadapannya. “Mahasiswa baru ya? anak PSTF?” Tak menjawab pertanyaan Olive. Dan itu sangat mengecewakannya.
“Iya, tau nggak kelasnya dimana?” sahut Olive, serambi menyebar pandangan keseluruh sudut kampus untuk menerka-nerka setiap kelas yang ia curigai sebagai kelasnya.
“Oh.. pantes…. ” suara itu mengambang tak bertanggung jawab, mengangguk-angguk entah karena apa, membuat pandangan Olive berubah arah menuju padanya. Pandangannya itu bukan pandangan yang biasa, melainkan ada suatu hal yang ingin ia tanyakan. Pantes kenapa?? Begitu mungkin kurang lebih bunyinya.
“Aku juga anak baru nih.” Tak membuat Olive tertarik. “PSTF juga.” Tambahnya.
Olive kembali melangkahkan kakinya setelah sempat menyimpulkan lingkaran bulat dibibirnya tanpa suara. Dan lelaki itu mengekor di belakangnya.
“Eh iya, kenalin, aku Edo.” Ucapnya sambil mengulurkan tangannya dari balik tubuh Olive. Ya, hanya tangan saja yang bisa dilihatnya, karena pria itu masih berada di belakangnya. Olive pikir, ini bukan saat yang tepat untuk berkenalan. Karena bukankah mereka sudah terlambat lima menit dari jam masuk?
“Naya!!” Olive berteriak begitu melihat wajah Naya teman smpnya dulu berada sekitar 7 meter darinya. Tak disangka, ternyata temannya itu berada di kampus yang sama. Karena girang, ia pun akhirnya berlari menghampiri Naya, tanpa mempedulikan uluran tangan “pertemanan” dari pria yang menurutnya banyak tanya dan justru tidak menjawab pertanyaannya tadi. Menyebalkan!
“Hey Olive??” sahut Naya begitu Olive telah sampai di hadapannya. Bibirnya nyengir bersenti-senti. Sepertinya girang.
“PSTF????” ucap keduanya bersamaan. Seperti ingin mencari bala, keduanya saling bertanya, dan mengangguk bersamaan. Tawa bahagia kini terpancar di wajah mereka. Tawa dua orang gadis yang menyebut dirinya mahasiswi baru. Tawa dua orang sahabat lama yang kini kembali bertemu setelah tiga tahun lebih tak pernah bersua.
Naya dan Olive adalah teman dekat saat SMP. Namun setelah lulus, mereka mendaftar di sekolah yang berbeda. Yang sekaligus mengharuskan mereka berpisah. Sementara keduanya yang saat itu masih tidak diijinkan membawa handphone oleh orangtua masing-masing terpaksa harus menerima kenyataan bahwa mereka tidak bisa berkomunikasi lagi. yaa.. setidaknya hanya sampai saat ini saja.
***
“Untung ketemu kamu Nay, kalau enggak pasti aku masih muter-muter nyariin ruang 7. Haha.” Ucap Olive disela-sela waktu istirahat.
“Hai Girls.” Wajah yang membuat Olive sebal tadi telah muncul kembali di hadapan kedua gadis itu. Dan tampang sebal langsung Olive pasang meski tak ada yang menyuruhnya untuk melakukan itu. Kekesalannya pada pria itu masih tertinggal dalam pikirannya. Tawa riang yang baru saja ia tunjukkan kepada Naya mendadak luntur karena kedatangan pria itu.
Kedua gadis itupun sama-sama tersenyum, namun bedanya, senyuman Naya nampak lebih tulus dibandingkan senyuman Olive. Seperti ada penyesalan karena telah bertanya pada orang yang salah tadi.
“Oh, iya… tadi belum sempet kenalan. Edo.” Tangan Edo mengulurkan tangan kanannya ke arah Olive, untuk yang kedua kalinya, namun begitu menyadari sahabatnya itu tak kunjung menjabat tangan Edo akhirnya Naya pun mengambil alih posisinya agar ia tak merasa malu akibat ulah Olive.
Sebenarnya Olive sudah tau nama pria itu. Bukankah tadi dia sempat mengatakannya sebelum kedua matanya menangkap sosok Naya?
“Kalo ka….”
“Panggil aja Olive!”
13 Agustus 2012
O iya... Jangan kaget yak.. kalo pertama kali ngeliad note ini, muka aku dulu yang majang. hahahha..... biasanya kan kalo ketemu cerpen ato nopel2 gt pasti ada gambarnya kan, nah rencananya sih mau dikasi gambar juga, gambarnya si Olipe sebage pemeran utama di kutipan diatas tu... eh,.. Olive... bukan Olipe.:p tapi berhubung Olive nya lagi ngambek kaga mau dipoto, padahal udah aku paksa sampe disogok pake Dollar [nyaris tadi nulis Sollar, wkkwkwkkw untung dikoreksi lagi.. :p], tp tetep aja g mau, daripada akhirnya kosong kaga ada potonya, tulisan doank kaga ada yang seger2nya bakalan jenuh kan ngebacanya...ihihihihi.... jadi g ada salahnya kalo yang majang disini poto saya aja.. ihihihi... #Narsis. kale aja mendadak ada potograper yang ngeliat, trs tertarik sama pose saya, trs tertarik buad ngajak saya jadi modelnya, trs mendadak saya jadi model terkenal. #hayah... ekekekkeke sapa juga yang seneng?? saya aja kan? wkkwkwkwk....
Oke, Back to Cerpen [sebenernya novel, inget ya NOVEL!, bukan cerpen *maksa, :p] jadi buad temen2 yang mau ngasih masukan, pujian atopun hadiah *ngarepppp monggo.. :D
No comments:
Post a Comment