Nengok-nengok blog tetangga semuanya pada
kece-kece dengan postingan cerpen yang nggak kalah kece, menggugah hasratkuw
untuk membuad postingan cerpen bertemakan Kunti Kece, ekekekkekke. niadnya sih
bikin komedi horor, tapi kalo ternyata malah nggak horor blas dan nggak
menggelitik bikin perut melintir ya maaf-maaf saja. Maklum.. nggak pernah
berhasil bikin cerpen. wkwkkwkwkwk
Mari
dibaca...^_^
Senja telah meredup, seolah merubah jingga
menjadi kelabu kemudian menjelma menjadi gelap.
Malam telah singgah, nampaknya.
Kelelawar dan penghuni malam lainnya mulai bermunculan dari sarang mereka.
burung hantupun tak akan ijin absen malam ini. Ia masih tetap bersemangat
bernyanyi dimalam sunyi menunjukkan suara angker yang menurutnya merdu itu
kepada alam.
Tak jauh dari dahan kecil tempatnya bertengger, sesosok tubuh dengan pakaian
serba putih berish juga ikut mangkring diatas dahan yang jauh lebih besar.
Dahan yang berasal dari satu pohon yang sama dengan dahan pohon yang ditempati
si burung hantu itu menjuntai menyamping kebawah seperti papan seluncuran.
Sosok tubuh tadi ikut mengiringi nyanyian burung hantu sebagai backing vocal
pada penyanyi solo. Sesekali kedua tangannya merapikan rambutnya yang panjang,
halus dan lembut itu agar tetap nampak rapih. Wanita yang menyebut dirinya Si
Kunti Bule bin Kece Bin Gaul ini memang berbeda dengan kunti-kunti lain pada umumnya.
Ia paling hobi memanjakan diri disalon agar tetap terlihat menarik. Tidak hanya
rambutnya saja yang ia perhatikan, tetapi juga kuku-kuku jari tangannya yang
juga nampak kinclong karena rutin menipedi. Sementara kuku jari kakinya tak
nampak karena ia sendiri pun bingung kemana kedua kakinya itu berada.
Selain itu, pakaiannya juga
nampak putih bersih berbeda dengan pakaian putih hantu lainnya yang nampak
lusuh, kusut, dan bau apek. Hal itu karena ia memiliki beberapa stok baju putih
dalam koleksi pakaiannya dilemari. Ketika pakaian yang ia pakai mulai kotor, ia
langsung membawanya dilaundry langganannya yang sudah ia percaya untuk mencuci
pakaian-pakaiannya.
“Pasti sering nyalon ya Mbak?” tanya salah seorang kunti lain. Kunti yang saat
itu sedang asyik berudet dengan si burung hantu segera menghentikan irama
suaranya. Sedangkan si Burung hantu, ia masih asyik berdendang dalam sunyi.
“Heya iyalahh… haree gene rambut kucel ? kuku burem?? Bau acem?? Ihh.. nggak
banged yey!” jawab Si Kunti Bule bin Kece bin gaul itu sambil bergantian
memegangi rambut kunti yang menurutnya kucel, jari-jari kukunya yang burem dan
terakhir menutup hidungnya karena bauk asem dari tubuh si kunti penanya itu
kemudian membandingkannya dengan miliknya yang menurutnya terbaik diantara
rambut dan kuku kuntilanak lainnya diseantero dunia persetanan.
“Waahh.. bener Mbak!” ucap Kunti kucel setelah membelai rambut lembut Si Kunti
Bule. Sementara itu si Kunti Bule bin Kece makin kepedean sambil senyum-senyum
bangga.
Belum lama perbincangan itu berlangsung, nampak segerombolan hantu dari
berbagai tipe, bentuk, jenis kelamin dan golongan, baik tua maupun muda, baik
senior maupun junior mulai berlarian. Mulai dari tuyul, pocong, kuntilanak
macem kunti bule, dan bahkan suster ngesot pun ikut serta dalam gerombolan itu.
“Ada apa sih jeunk?? Ada apa? Wosrong? What`s the matter? Anything problem??”
Tanya si Kunti Bule bin Kece kepada sesosok makhluk sejenisnya yang biasa
dikenal dengan sebutan suster ngesot.
“A very big problem jeunk, razia mingguan, buruan kabur!!” jawab si suster
ngesot sambil tetep ngesot lantaran takut terkena razia karena berada dibarisan
paling bontot lantaran jalannya yang ngesot. Apalagi dengan medan jalanan yang
berbatu, membuatnya semakin lelet mmungkin saja ia terkalahkan oleh si bekicot.
“Apaa?? Razia?? Suster ini suster ngesot bencong yak? Kok takut dirazia?”
selidiknya sambil mengekor dibelakang suster ngesot. “ Kalo ai si kuntilanak
tulen, g ada tuh darah-darah bencongnya, adanya si darah-darah bule gitu deh.
Soalnya kan Papah ai kan orang jerman trs Mamah ai juga keturunan jawa lebanon
Inggris Perancis geto deh.”
Ternyata selain keturunan bule, dan mengaku dirinya kece plus gaul, Si Kunti
yang satu ini ternyata juga cerewet. Bukannya ikut lari ketakutan, eh malah
asyik cerita tentang asal usulnya.
“Aduhh jeunkk Kunti,, sayah bukan suster ngesot bencong, ini juga bukan razia
bencong.” Jawabnya, masih dengan keadaan ngesot.
“lha terus??” tanyanya penasaran, dan segera melompat sehat tepat dihadapan si
suster ngesot itu.
“Anak baru ya?? kok g tau sih kalo ada razia mingguan?” selidik suster ngesot,
diikuti anggukan kece dari si kunti bule. “Pantes…. Ini tuh razia…”
“Hiiyyaaattt!!!” seorang pria bersorban melompat mendekati keduanya.
“Mau kabur kemana kalian??” ucap pria itu, pria yang dikenal dengan sebutan
Ustadz Fred.
“Emmm.. dia sih mau kabur katanya mas ustadz…., loch?? Kok ilang?, hehe
ternyata suster ngesotnya udah kabur duluan.” Ucap kunti bule yang baru
menyadari bahwa suster ngesot itu sudah enyah ketika ia menengok kebawah untuk
memastikan bahwa ia masih berada disana.
To be continued.......
Penasaran???
[eh, nggak yak?? hahahhahaha]
Gimanakah cerita selanjutnya???
"nggiiiieeeekkkkkkk" [ceritanya suara pintu kebuka, as backsound
cerpennya,, hahahhaa] ceritanya maseh dikarang indah oleh penulisnya
kwkwkwkwk.. wait deh yakk... :p
ATTENTION!!! Cerpen ini belum
melewati proses pengeditan. jadi, mohon dimaklumin ye kalo bahasanya rada
meng-confusing-kan, :D
No comments:
Post a Comment