Pages - Menu

Wednesday, July 2, 2014

Turut Berduka [Agustus 2012]

          Kali ini tulisan saya mungkin akan ditulis dengan makna yang “agak” serius. Tentang kehidupan dan sebuah kematian yang tidak bisa kita pungkiri akan keberadaannya. Dan artikel ini saya buat untuk teman saya yang bernama [tadinya mau nyebut nama, tapi gak jadi gara-gara takut yang disebut
gak mau, dan menganggap saya nggak sopan].

          Setelah tadi pagi, tepatnya tanggal 7 agustus 2012, saya sempat membaca sebuah status facebook salah seorang teman, saya curiga, status itu seperti ingin menunjukkan suatu kesedihan, kekecewaan, sakit, tangisan, dan sesuatu yang sama sekali tidak enak dan tidak di inginkan oleh siapapun. Namun saya hanya diam, berusaha menebak-nebak tanpa berani bertanya secara langsung. Terkadang saya takut untuk bertanya “ada apa?” “kenapa?” salah-salah nanti saya dibilang kepo dan sok tau. Sehingga memutuskan untuk diam dulu sebelum menemukan suatu bukti lain akan kecurigaan saya tersebut.

          Tak lama, saya bertemu dengan teman yang lain yang ternyata juga memiliki kecurigaan yang sama seperti saya dengan bukti lain yang sebutlah lebih akurat. Sehingga menguatkan bahwa kecurigaan tersebut bukanlah sebuah “kecurigaan” semata. Dan mulailah saya untuk langsung bertanya-tanya menjadi manusia kepo karena saya pikir bukti sudah cukup kuat, meskipun saya bingung pertanyaan apa yang akan saya lontarkan sehingga tidak membuat orang yang bersangkutan tersebut [teman saya] tidak tersinggung. Memikirkan kata-kata yang pas itu memang susah. Dan bahkan saya menghabiskan sekitar 7jam untuk memikirkannya [semoga ini tidak lebay] tapi memang begitulah. Sampai akhirnya saya melihat tiga status facebooknya yang lain yang secara beruntun menempati urutan tiga besar teratas dalam home facebook saya. Dan dari situlah saya mendapatkan kata-kata yang mungkin sudah cukup tidak menyinggung, dan semoga saja benar-benar tidak menyinggungnya.

          Status itu jelas sekali menunjukkan bahwa teman saya tersebut sedang dalam situasi sulit. Kehilangan seseorang yang ia sayangi untuk selama-lamanya. 

          Jelas saja ia merasa sedih, kecewa, dengan perasaan yang sangat kacau tentunya. Dan situasi inilah seseorang akan mudah tersinggung meski kita tidak berniat untuk menyinggung. Dan bahkan niat kita untuk menenangkan terkadang justru menjadi sesuatu yang “kurang ajar” saja rasanya. Saya tidak mengatakan bahwa teman saya menjadi demikian, samasekali tidak. J Itu hanyalah tebakan saya yang selalu sok tau saja, :D

          Kita tahu hidup dan mati seseorang itu ada ditangan Tuhan. Kita ini milik Tuhan dan akan kembali kepadaNya juga. Karena kehidupan ini hanya sementara. Namun terkadang kita tidak bisa mengikhlaskan keadaan tersebut begitu saja, kita butuh waktu untuk bisa menjadi “tenang” mengingat begitu banyak kenangan manis yang telah kita habiskan bersama selama hidup. Ibarat pensil tanpa penghapus, kita akan sulit untuk menulis sesuatu yang bagus jika setitik kesalahan tidak segera dihapus dan memperbaikinya menjadi lebih baik, dan berusaha membuatnya menjadi nampak sempurna. Sama halnya dengan kehidupan, kita akan merasa hidup kita tidak lagi menyenangkan seperti dulu ketika orang yang kita sayangi tidak lagi ada disamping kita, untuk sekedar “mencereweti” kita kalo kita sedang melakukan suatu kesalahan kecil, seolah kehilangan akal untuk menjadikan kehidupan kita menjadi sempurna. *semoga quote dadakan saya ini nyambung ya, :D, karena pada dasarnya saya bukan seorang pujangga yang pandai bermain kata-kata.*

          Tanpa bisa datang secara langsung, dan karena kemisteriusan teman saya yang begitu pandai menyimpan rahasia, disini, saya hanya bisa mengucapkan bela sungkawa yang sebesar-besarnya kepada teman saya atas sepeninggalnya eyangnya yang begitu ia sayangi dan menyayanginya. Semoga beliau diberikan tempat terbaik oleh-Nya. Dan teman saya beserta seluruh keluarga besarnya diberikan ketabahan dan keikhlasan dengan keadaan tersebut. Aminn..

          Mungkin akan banyak pertanyaan diluar sana, “masa masalah temen sendiri kok nggak tau sih? Teman macam apa kamu itu??” Oke saya jelaskan sedikit, terkadang memang tidak semua masalah itu “harus” diceritakan kepada orang lain, bahkan teman sekalipun. Dan mungkin itulah kemisteriusan teman saya yang sama sekali tidak memberitahukan berita tersebut kepada teman-temannya, dan disinilah tugas teman dimulai, menjadi manusia Kepo untuk mencari kebenaran atas ke-kepo-anya tersebut sebagai bukti kalau kita care kepada mereka. *apakah kiranya penjelasan ini nyambung ya?, haha. #MikirKeras* *plizzz ini suasana berkabung. 


*Sebenarnya ini sudah saya ketik di agustus 2012 lalu, tapi karena saya ragu apakah mem-publish-nya atau tidak akhirnya saya menyimpannya di draft sampai akhirnya saya lupa dan baru bongkar-bongkar draft hari ini. Dan sekarang saya mem-publish-nya tanpa menyebut nama teman saya. Agar lebih aman. :D

Jember, 2 Juli 2014

No comments:

Post a Comment