Kali ini tulisan
saya mungkin akan ditulis dengan makna yang “agak” serius. Tentang kehidupan
dan sebuah kematian yang tidak bisa kita pungkiri akan keberadaannya. Dan
artikel ini saya buat untuk teman saya
yang bernama [tadinya mau
nyebut nama, tapi gak jadi gara-gara takut yang disebut
gak mau, dan menganggap saya nggak sopan].
gak mau, dan menganggap saya nggak sopan].
Setelah
tadi pagi, tepatnya tanggal 7 agustus 2012, saya sempat membaca sebuah status
facebook salah seorang teman, saya curiga, status itu seperti ingin menunjukkan
suatu kesedihan, kekecewaan, sakit, tangisan, dan sesuatu yang sama sekali
tidak enak dan tidak di inginkan oleh siapapun. Namun saya hanya diam, berusaha
menebak-nebak tanpa berani bertanya secara langsung. Terkadang saya takut untuk
bertanya “ada apa?” “kenapa?” salah-salah nanti saya dibilang kepo dan sok tau. Sehingga memutuskan untuk
diam dulu sebelum menemukan suatu bukti lain akan kecurigaan saya tersebut.
Tak lama,
saya bertemu dengan teman yang lain yang ternyata juga memiliki kecurigaan yang
sama seperti saya dengan bukti lain yang sebutlah lebih akurat. Sehingga menguatkan
bahwa kecurigaan tersebut bukanlah sebuah “kecurigaan” semata. Dan mulailah
saya untuk langsung bertanya-tanya menjadi manusia kepo karena saya pikir bukti
sudah cukup kuat, meskipun saya bingung pertanyaan apa yang akan saya lontarkan
sehingga tidak membuat orang yang bersangkutan tersebut [teman saya] tidak
tersinggung. Memikirkan kata-kata yang pas itu memang susah. Dan bahkan saya
menghabiskan sekitar 7jam untuk memikirkannya [semoga ini tidak lebay] tapi
memang begitulah. Sampai akhirnya saya melihat tiga status facebooknya yang
lain yang secara beruntun menempati urutan tiga besar teratas dalam home facebook
saya. Dan dari situlah saya mendapatkan kata-kata yang mungkin sudah cukup
tidak menyinggung, dan semoga saja benar-benar tidak menyinggungnya.
Status itu
jelas sekali menunjukkan bahwa teman saya tersebut sedang dalam situasi sulit.
Kehilangan seseorang yang ia sayangi untuk selama-lamanya.
Jelas saja
ia merasa sedih, kecewa, dengan perasaan yang sangat kacau tentunya. Dan
situasi inilah seseorang akan mudah tersinggung meski kita tidak berniat untuk
menyinggung. Dan bahkan niat kita untuk menenangkan terkadang justru menjadi
sesuatu yang “kurang ajar” saja rasanya. Saya tidak mengatakan bahwa teman saya
menjadi demikian, samasekali tidak. J Itu hanyalah tebakan saya yang selalu
sok tau saja, :D
Kita tahu
hidup dan mati seseorang itu ada ditangan Tuhan. Kita ini milik Tuhan dan akan
kembali kepadaNya juga. Karena kehidupan ini hanya sementara. Namun terkadang kita
tidak bisa mengikhlaskan keadaan tersebut begitu saja, kita butuh waktu untuk
bisa menjadi “tenang” mengingat begitu banyak kenangan manis yang telah kita
habiskan bersama selama hidup. Ibarat pensil tanpa penghapus, kita akan sulit
untuk menulis sesuatu yang bagus jika setitik kesalahan tidak segera dihapus
dan memperbaikinya menjadi lebih baik, dan berusaha membuatnya menjadi nampak
sempurna. Sama halnya dengan kehidupan, kita akan merasa hidup kita tidak lagi
menyenangkan seperti dulu ketika orang yang kita sayangi tidak lagi ada
disamping kita, untuk sekedar “mencereweti” kita kalo kita sedang melakukan
suatu kesalahan kecil, seolah kehilangan akal untuk menjadikan kehidupan kita
menjadi sempurna. *semoga quote dadakan saya ini nyambung ya, :D, karena pada
dasarnya saya bukan seorang pujangga yang pandai bermain kata-kata.*
Tanpa bisa
datang secara langsung, dan karena kemisteriusan teman saya yang begitu pandai
menyimpan rahasia, disini, saya hanya bisa mengucapkan bela sungkawa yang
sebesar-besarnya kepada teman saya atas sepeninggalnya eyangnya yang begitu ia
sayangi dan menyayanginya. Semoga beliau diberikan tempat terbaik oleh-Nya. Dan
teman saya beserta seluruh keluarga besarnya diberikan ketabahan dan keikhlasan
dengan keadaan tersebut. Aminn..
Mungkin
akan banyak pertanyaan diluar sana, “masa masalah temen sendiri kok nggak tau
sih? Teman macam apa kamu itu??” Oke saya jelaskan sedikit, terkadang memang
tidak semua masalah itu “harus” diceritakan kepada orang lain, bahkan teman
sekalipun. Dan mungkin itulah kemisteriusan teman saya yang sama sekali tidak
memberitahukan berita tersebut kepada teman-temannya, dan disinilah tugas teman
dimulai, menjadi manusia Kepo untuk mencari kebenaran atas ke-kepo-anya
tersebut sebagai bukti kalau kita care kepada mereka. *apakah kiranya penjelasan
ini nyambung ya?, haha. #MikirKeras* *plizzz ini suasana berkabung.
*Sebenarnya
ini sudah saya ketik di agustus 2012 lalu, tapi karena saya ragu apakah mem-publish-nya atau tidak akhirnya saya
menyimpannya di draft sampai akhirnya saya lupa dan baru bongkar-bongkar draft
hari ini. Dan sekarang saya mem-publish-nya tanpa menyebut nama teman saya. Agar lebih aman. :D
Jember, 2
Juli 2014
No comments:
Post a Comment